KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KARAKTER MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
Tidak ada manusia yang sempurna, bisakah anda menerima hal ini ? Lebih lanjut, saya ingin menantang anda untuk hidup dengan mereka. Sekalipun anda menolaknya, anda akan tetap menghadapi masalah ini. Percayalah !
Kekuatan sebuah karakter harus dikembangkan, apakah anda setuju ? Sebaliknya, kelemahan sebuah karakter harus dihilangkan, apakah anda juga setuju ? Saya dengan tegas akan menjawab TIDAK !
Kekurangan manusia tidak bisa dihilangkan. Mengapa ? Karena waktu hidup kita terbatas, merubah kelemahan menjadi kekuatan akan memakan tenaga dan waktu yang besar, dan yang terpenting kita tidak merasa nyaman untuk melakukannya. Akan lebih baik jika waktu dan tenaga yang ada kita gunakan untuk mengembangkan kelebihan kita sebab hasil yang diperoleh jauh lebih memuaskan. Jadi, apakah kita harus membiarkan kelemahan kita begitu saja ? Tentu saja tidak, saya cuma minta anda fokus untuk mengembangkan kekuatan karakter anda daripada memperbaiki kelemahan anda. Biarkan orang lain yang menutupi kelemahan anda. Dan anda sendiri melengkapi kekurangan mereka. Saya rasa inilah salah satu alasan mengapa Tuhan menciptakan manusia itu berbeda.
Saya menulis semua ini sebagai pengantar untuk lebih memahami kelebihan dan kekurangan karakter manusia berdasarkan teori Taylor Hartman. Saya ingatkan sekali lagi bahwa kekurangan orang lain bukan untuk dijadikan senjata melawannya melainkan untuk dipahami sebagai identitas seorang manusia yang normal. Atau boleh juga dimanfaatkan untuk menjadikan diri kita lebih bersinar.
Membedakan orang dari sifat dan karakternya dapat dipelajari dari buku-buku psikologi, salah satunya buku yang ditulis oleh Florence Littauer yang berjudul “Personality Plus“. Dalam buku tersebut kita seperti terbawa kepada topik klasik psikologi, yang konon sudah ditetapkan Hippocrates 2400 tahun yang lalu, yaitu empat kepribadian: Sanguinis, Melankolis, Koleris,dan Phlegmatis.
Satu persatu dari keempat sifat dasar yang dikemukakan Florence Littauer dalam bukunya“Personality Plus” sebagai berikut :
· Kepribadian Sanguis (Sanguis yang Populer)
Kemampuan orang Sanguinis yang Populer untuk melangsungkan percakapan yang mengasyikkan apakah mengenai sesuatu merupakan segi plus yang membuat iri hati orang lain; tetapi kalau dibawa sampai ke ujung yang ekstrim, orang Sanguinis yang Populer bicara terus-menerus, memonopoli, menyela, dan menyimpang terlalu jauh dari kebenaran. Bergaul dengan orang sanguin ini sebenarnya menyenangkan, jika dia bercerita dia bisa menggambarkan sesuatu dengan baik, sehingga pikiran kita diajak untuk merangkai katanya-katanya seperti sebuah film di kepala kita, saking bagusnya penggambaran ceritanya.
· Kepribadian Melankolis (Melankolis yang Sempurna) :
Orang Melankolis yang Sempurna memiliki pemikiran analitis yang mendalam dan merupakan ciri khas yang jenius, banyak dihormati oleh mereka yang pikirannya lebih dangkal, walaupun demikian kalau dibawa sampai ke titik ekstrim, dia jadi menyebabkan kemurungan dan menekan perasaan.
Kadangkala bergaul dengan orang melankolis menimbulkan kebosanan dalam diri kita, semuanya serba teratur dan teliti, segala sesuatu dikerjakan dengan langkah-langkah yang jelas dan terstruktur. Kalau lama dalam proses pengerjaan bukan karena malas tetapi karena hasilnya harus sempurna. Ciri-ciri kalau kita bertemu dengan orang Melankolis ini biasanya dilihat dari kamar tidur/kantornya, semuanya serba rapi, tertib dan terpola (keculai kalau punya asisten/istri yang siap membereskan arisip-arsip yang berantakan).
Dan orang Melankolis ini susah sekali diyakinkan, perlu data-data otentik yang mendukung argumentasi kita. Dan secara ekstrim dalam hal keuangan orang Melankolis cenderung (sory lho.. dalam titik extrim) pelit, tapi untuk mengenai hasil pekerjaan, Orang Melankolis jagonya. Sangat pandai mengorganisasi sesuatu.
· Kepribadian Koleris (Koleris Kuat) :
Bakat orang Koleris yang Kuat untuk kepemimpinan yang cepat dan tajam sangat diperlukan dalam setiap tahap kehidupan pada zaman sekarang; tetapi kalau dibawa sampai titik esktrim, orang Koleris yang Kuat jadi sok berkuasa, mendominasi, dan manipulatif. Setiap pemimpin mempunyai sifat ini, tegas, lugas, dan salah satu untuk mengenai ciri-ciri kepribadian ini adalah selalu ingin di depan tidak mau kalah dengan orang lain.
Secara extrim, orang dengan kepribadian ini menjadi orang yang diktaktor, selalu tampil dominan dan tidak mau dibawah orang lain, pinginnya selalu diatas dalam segala hal. Orang dengan kepribadian Koleris sangat mahir untuk urusan mengorganisir banyak orang dengan sifatnya yang tegas.
· Kepribadian Phlegmatis (Phlegmatis yang Damai) :
Sifat orang Phlegmatis Damai yang mudah bergaul merupakan perpaduan yang mengagumkan dan menjadikannya orang yang paling disukai dalam kelompok mana saja; namun kalau dibawa sampai ke titik ekstrim, orang Phlegmatis yang Damai tidak peduli melakukan apa pun, masa bodoh, dan tidak punya kepastian.
Ciri-cirinya yang mudah dilihat adalah tidak mempunyai sikap yang jelas dalam mengambil keputusan, tidak mau secara tegas memihak sesuatu yang belum diketahuinya, cenderung damai dan tidak mau berkonfrontasi secara langsung dengan orang lain. Terkadang orang Phlegmatis memang harus didikte untuk mengerjakan sesuatu (secara extrim), biasanya orang phlegmatis kurang mahir untuk urusan-urusan yang detail, seperti yang paling sederhana merapikan kamarnya, tetapi seorang Phlegmatis bisa menjadi peloby yang ulung dan bisa diandalkan untuk urusan berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, karena sifatnya yang kalem dan tenang.
· Kepribadian Campuran dari Kepribadian Dasar
Keempat tipe kepribadian tersebut, menurut Littauer, juga bisa bercampur dalam diri seseorang. Littauer membedakannya menjadi empat:
1. Campuran alami adalah: Sanguinis Koleris dan Melankolis Phlegmatis.
2. Campuran pelengkap yang berorientasi hubungan adalah: Sanguinis Phlegmatis
3. Campuran pelengkap yang berorientasi tujuan adalah: Koleris Melankolis
4. Campuran berlawanan dianggap sebagai pertikaian batin adalah: Sanguinis Melankolis dan Koleris Phlegmatis.
Sedangkan yang mempunyai sedikit dari segalanya, dengan asumsi sudah mengikuti tes kepribadian dengan benar, dianggap mungkin Phlegmatis, mungkin orang sempurna, atau mungkin orang yang masa kecilnya terlalu diarahkan, dikontrol, dan ditindas sehingga tidak mengenali diri sendiri.
2. Karakter manusia dalam posisi sebagai keluarga
Definisi Keluarga yaitu keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dhidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
· Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
· Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
· Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
· Sosialisasi antar anggota keluarga.
· Pengaturan jumlah anggota keluarga.
· Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
· Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
· Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
· Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
· Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
· Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
· Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
· Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
· Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
· Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
· Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
· Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU DAN KELUARGA
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah masyarakat.
Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan melakukan hubungan – hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.
3. Karakter manusia dalam posisi sebagai masyarakat
Setiap individu dalammasyarakat mempunyai peran(role)dan kedudukan (status) yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai posisi(status) tertentu. Sedngkan kedudukan (status)adalah posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam,maka setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam,maka setiap individu dapat berstatus dan berperan di beberapa kelompok sesuai dengan kepentingan itu.
Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat diterima dan diakui keberadaanya. Karena setiap organisasi mempunyai aturan sendiri,maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota yang melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini bertujuan menjjaga keutuhan,keseimbangan,kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.
Dalam kehidupan sehari-hari,setiap orang mempunyai peran dan tugas yang berbeda. Tugas seorang Dokter berbeda dengan guru,petani,supir atau TNI/POLRI. Tetapi masing-masing saling membutuhkan,saling bekerja sama untuk mencapi tujuan yang sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan mencapi kesejahteraan. Dengan demikian peran dan kedudukan sangat penting unutk menjaga keseimbangan dan integritas social. Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada 2 macam:
1. Ascribed status
yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa melalui perjuangan atau usaha sendiri. Biasanya diperoleh melalui kelahiran,seperti anak yang bergelar raden,otomatis anaknya juga bergelar raden. Seorang anak menjadi raja karena ayahnya adalh raja. Seorang anak yang berasal dari kasta sudra walaupun ia mempunyai kepintaran dan ketrampilan yang tinggi. Status ini sering pula disebut status yang tertutup,karena setipa orang tidak bisa menjadi anggota secara bebas. Perkawinan biasanya adalah cara untuk masuk ke dalm status ini.
2. Achieved status
yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan sendiri. Seseorang menjadi direktur sebuah perusahaan karena memang ia rajin dan ulet. Status seseorang menjadi guru karena ia berhasil masuk dan belajar dengan baik di IKIP. Status ini bersifat terbuka artinya setiap orang dapat mencapainya atau meraihnya karena kemampuan masing-masing individu dalam beprestasi.
Setiap status dan kedudukan mempunyai seperangkat symbol atau lambang yang dapat mencerminkan statusnya. Seperti orang yang berstatus ekonomi tinggi tercermin dari bentuk dan luas rumah,seorang guru tercermin sikap dan pakainnya,seorang TNI/POLRI dari kegagahan dan pakaiannya,seseorang dari golongan ningrat akan tampak dari cara berbicara dan sopan santunnya. Banyak symbol yang dapat mencerminkan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Dengan demikian status dapat disebabkan oleh posisinya dalam pekerjaan,pemilikan kekayaan,agama dan factor bilogis seperti jenis kelamin.
Dalam hubungannya dengan orang lain, setiap individu memiliki kedudukan, status dan peran tertentu. Ketiga istilah ini dalam percakapan sehari-hari sering dicampur adukan . Namun dalam ilmu perilaku terdapat perbedaan yang jelas antara ketiganya, seperti misalnya rumusan yang diberikan oleh Krech dan Crutchfield (1962). Yang dimaksudkan dengan kedudukan atau posisi adalah suatu tingkatan dalam suatu system pelapisan social yang diakui olehmasyarakat. Misalnya, “Pria Dewasa”, menunjukkan suatu kategori dalam penggolongan usia dan jenis kelamin. Setiap individu memiliki kedudukan ganda yang berkaitan dengan perannya didalam kelompok yang berbeda-beda.
Status menunjukkan letak (tinggi rendahnya) suatu kedudukan dalam hirarki system masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan peran adalah suatu pola tingkah laku , kepercayaan, nilai, sikap, yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang kedudukan. Jadi peran menggambarkan peran yang seharusnya diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umum. Misalnya, peran ibu dimasyarakat Indonesia adalah : membesarkan dan mendidik anak dengan baik, mengatur rumah tangga, disamping melayani dan menjadi pendamping suami serta ikut membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Karateristik peran ini sering kali berbeda, tergantung dari budaya dan factor-faktor social ekonomis lainnya. Oleh karena biasanya setiap individu terlibat dalam interaksi dengan lebih dari satu kelompok dan masing-masing pun memiliki peran dan status berganda dan tidak jarang terjadi konflik peran dalam keadaan tertentu.
Contohnya, seorang guru yang harus memberi nilai rendah karena prestasi murid-muridnya yang dibawah rata-rata, padahal sang murid itu kebetulan anaknya sendiri. Perannya sebagai guru yang harus menilai secara objektif, bertentangan dengan perannya sebagai ayah/ibu yang menginginkan anaknya naik kelas. Status seorang ibu pun berpindah jika dia berpindah kelompok. Misalnya seorang ayah yang dirumah biasanya menjadi panutan keluarga, terpaksa harus mengikuti perintah anaknya sebab kebetulan sang anak menjadi ketua organisasi profesi, sedangkan sang ayah hanyalah anggota biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar