Era modern dengan segala propagandanya telah meluluh lantakkan nilai nilai moral di seluruh dunia. Remaja di giring pada nilai nilai materialisme yang menjunjung tinggi hedoisme tanpa melibatkan nilai nilai agama. Akibat muncul euforia sekularis yakni tergila gila pada materi dan menjadikan uang sebagai Tuhan. Saban hari remaja remaja seluruh dunia histeris memuja-muja sosok hedois (artis) yang sudah menjelma menjadi nabi. Kehidupan glamor artis-artis itu memberikan inspirasi bahwa materi adalah segala-gala nya. Artis adalah simbol kesejahteraan, kebahagiaan, dan sumber rujukan moral. Status sosial mereka di mata remaja modern begitu tinggi.
''Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan di lalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)'' ( QS. Al-Hijr: 3) Sementara itu dalam kehidupan nyata, hidup begitu sulit. jangankan membeli mobil dan rumah mewah seperti hal nya artis-artis itu, sekedar isi perut pun harus banting tulang. bagi remaja yang tidak mau melihat realitas ini, memilih jalan pintas. Merebaklah berbagai kejahatan, pencurian, perampokan, penjarahan, penjambretan, dan lain-lain menjadi pemandangan yang kita saksikan tiap hari, itulah jalan.
Di sisi lain kita melihat remaja yang memaksakan diri bergaya ala artis. Memakai baju ketat merek A, jeans merk B, kacamata merk C, parfume D, perias wajah merk E, tas merk F, sepatu merk G, dan lain-lain yang kesemuanya produk barat yang notabene nya Yahudi. Jadilah ia remaja imitasi yang hidup di dunia mimpi. Belum lagi banyak remaja yang berprilaku tidak senonoh hanya karena ingin diakui sebagai pengikut artis tertentu. Sok jago, serasa jadi pahlawan, dan beringas mencontoh aktor laga pujaan nya.
Berbagai perilaku di atas hakikat nya ekspresi dari ketegangan, depresi atau stress berat menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Secara psikologis, para remaja-remaja itu tengah sakit keras. Mereka tidak bisa menerima kenyataan apa adanya. Akibat nya mereka mendorong untuk mengambil jalan pintas. Prinsipnya, asal gue senang. Sementara para kriminolog menyebut periode yang tengah kita hadapi sebagai periode eksploitatif dan pemerasan terorganisir serta sebagai periode komersialisasi kriminalitas. Di kota-kota besar hal itu di tandai oleh hal-hal sensasional, agresivitas, ketidak stabilan dan ketidak amanan. Iklim sosial selalu di liputi suasana kecurigaan, kebencian, kekerasan, dan persaingan ketat sehingga kota-kota menjadi pusat maladjusment (ketidak sesuaian) yang ganda bagi penduduknya.
Hal itu sebagai akibat industrialisasi, mekanisasi, modernisasi, yang serba radikal yang menyebabkan masyarakat banyak yang merasakan siksaan bathin, kebisingan, polusi udara, dan beban hidup yang menegangkan. Yang mereka inginkan pun kadang hal-hal yang lebih kaya, lebih baru, lebih besar, dan lebih berkuasa lagi sebagai akibat persaingan yang ketat dan pola hidup yang konsumeris. Lengkaplah sudah dunia ini dipenuhi mode-mode jahiliyah yang mengusung kebebasan berpikir dan perperilaku yang steril dari nilai-nilai islam. Ironis nya, kemunduran ini mereka sebut kemajuan. Pamer aurat di anggap seni, Perzinaan di anggap zamannya dan pembunuhan janin (aborsi) di anggap hak asasi. Maka lahirkan generasi instan, yaitu generasi yang tidak memiliki kepedulian terhadap moral. Yang mereka pikirkan hanya kenikmatan sesaat walaupun harus merugi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar